Terlintas sejenak bayangan dirimu, seperti angin yang ingin selalu menyapa musim dikala itu. Seperti itulah memori kepalaku yang tiba-tiba memutar kembali tentangmu.
Saat itu aku sedikit mengumpulkan keberanianku untuk membuka kembali gambarmu di social media. Akan tetapi jemariku terhenti sesaat mengingat kenangan singkat yang pernah kita ciptakan bersama. Dan tanpa sadar butiran air mengalir deras sekali di pipiku. Aku menangis. Ya aku menangisimu. Aku sangat merindukanmu :(
Sangat ........
Rasanya sesak sekali untuk mulai bernapas kembali setelah menangisimu sampai tersendu-sendu di sepertiga malam.
Kadang aku masih merasa hadirmu selalu ada memerhatikan ku dari jauh.
Jauh sekali... Bahkan karena jarak yang jauh itu aku tak mampu lagi memegang erat kemejamu dari belakang, diatas motor matic kesayanganmu.
Perasaan bersalah yang sampai sekarang menyelimuti hatiku belum hilang semenjak kepergianmu. Aku merasa bahwa aku adalah perempuan paling konyol yang kurang peka dengan keadaanmu.
Aku juga tidak pernah tahu bahwa kau ternyata terlalu pandai untuk menutupi setiap perasaanmu kepadaku.
Aku merindukanmu....
Kuharap kau juga sama.
Bandung adalah kota dimana kita dipertemukan. Dan Gereja di tengah kota itu adalah rumah yang memperdekat kita.
Aku merasa pandanganmu saat itu sangat membuat aku risih dengan keadaanku yang baru pertama kali menginjakkan kaki di kota itu.
Masih terlukis indah dibenak ku udara sore dikala itu dimana kita akan menikmati kota Bandung bersama-sama dengan sosok yang kau anggap akrab dan yang ku anggap baik.
Kau melajukan motor dengan kecepatan sedang, agar waktu bisa lebih lama dipihakmu untuk bersamaku disaat itu.
Tapi tiba-tiba saja kau melajukan motormu dengan cepat sekali. Aku sempat terkejut saat itu. Aku kesal.
Dan setelah cukup jauh kau melajukan motormu dengan kecepatan cepat, aku baru menyadari ternyata ada sekumpulan air yang mulai jatuh dari langit yang kau tak ingin mereka membasahiku. Aku bahagia. Lalu aku tersenyum, sambil mengeratkan tanganku memegang ujung kemejamu. Aku tersenyum tersipu malu ditengah hujan dikala itu.
Aku tersipu ........
Rasanya aku ingin sekali berteriak diatas bukit yang dipenuhi cahaya sebahu dan diantara embun sehabis hujan. Berteriak bahwa aku sangat bahagia malam itu.
Dikelilingi udara dingin lalu disuguhkan dengan tawa lepas dari kita. Aku sangat bahagia. Percayalah.....
Kau telah menciptakan tawa yang luar biasa padaku saat itu.
Setelah beberapa hari aku meninggalkan kota Bandung ada rasa ketidak relaan yang mendalam yang kurasa. Aku rasa bahagiaku masih tertinggal disana. Aku merindukan bahagiaku saat itu. Tapi rinduku sedikit terobati ketika kau mengirim pesan singkat setiap harinya kepadaku. Menelpon ku ketika senggang menghampirimu, mengirim gambar lucu ketika jenuh memenuhi harimu dan hariku.
Melewati hari tanpa kabarmu rasanya aneh sekali saat itu.
Sampai pada suatu saat kau mengungkapkan perasaanmu yang sudah menggebu-gebu kepadaku.
Tapi maaf......
Aku terlalu egois, sehingga aku tak mampu membalas semua perasaanmu terhadapku. Aku terlalu jahat saat itu.
Tapi percayalah aku melakukan itu karna aku tak ingin kedepannya kau membenciku karna sudah tidak ada lagi kecocokan diantara kita. Aku mau hubungan itu tetap seperti itu sampai kita menemukan orang yang tepat untuk kita. Aku mau kita tetap saling bahagia walaupun hubungan ini hanya sebatas pertemanan. Maaf aku egois ..........
Aku tau kau adalah sosok laki-laki yang luar biasa. Bahkan ketika aku menolak perasaanmu, kau masih mampu mengukir setiap senyum dan tawa di hariku. Kau luar biasa.
Sungguh.....
Dan aku....
Semakin mengagumi (mu) .....
Kau mulai menghilang disetiap waktu yang kita punya. Aku sedikit merasa bersalah. Aku mencemaskanmu. Kau dimana(?)
Beberapa hari tak mendapat kabar darimu rasanya bahagiaku mulai pudar.
Semangatku mulai luntur.....
Aku merindukan (mu) ......
Lagi-lagi aku mencarimu dan tetap menunggumu.
Kau dimana(?)
Ponselku berdering dikala lelah mulai menghapiriku karna hari itu.
Sadarku sedang tak pada waktunya.
Ya..aku baru saja terbangun dari tidurku ketika mendengar ponselku berdering berulang kali. Aku mengangkatnya lalu mulai berkata-kata.
Namun apa yang kudengar semakin tak membangkitkan semangatku. Aku tersentak. Aku terkejut sekali. Dan tanpa kusadari air mataku tiba-tiba mengalir sangat derasa. Bahkan aku tak mampu berkata-kata. Aku rapuh sekali. Pikiranku sangat kacau. Aku tak percaya dengan kabar itu. Aku berteriak di dalam batinku yang sudah lama menanti kabarmu.
Tapi bukan kabar duka itu yang kuinginkan darimu setelah sekian lama kau menghilang.
Aku menangis disepanjang sisa hari itu.
Aku menangisimu. Aku menangisi kepergianmu yang tanpa kata-kata terakhir kepadaku. Aku merindukanmu.
Sangat merindukanmu.....
Bahkan saat aku menceritakan kembali cerita kita ini, itu karna aku benar-benar sedang merindukanmu. Aku sedang menangisimu. Aku sedang mengingat semua kenangan kita ketika itu.
Aku rindu......
Kenapa harus sekarang aku sadar bahwa aku adalah perempuan bodoh yang tidak pernah sadar dengan semua ketulusanmu , kenapa kau menyiksaku dengan semua perasaan bersalah ini. Kau jahat, kau sungguh jahat. Aku membencimu... Tapi aku juga merindukanmu.
Aku rindu ......
Kenapa harus sekarang aku tau bahwa kau selama ini berjuang sendirian melewati semuanya. Kau pasti kesakitan kan(?) kau pasti kesepian kan(?) Kau bodoh. Kenapa harus disaat kau sudah pergi semua terasa semakin membuatku terpuruk. Kenapa semesta saat itu tak berpihak kepadaku. Dan kenapa mereka tak memberitahuku bahwa kau sedang berjuang untuk tetap bertahan hidup.
Kenapa(?) . . . . .
Kenapa(?) . . . . .
Cukup lama untuk bisa menerima kepergianmu selamanya. Ku kuatkan hatiku untuk mengikhlaskanmu walaupun awalnya sangat sakit, dan sulit untuk percaya bahwa kau benar-benar sudah tidak ada lagi.
Sulit untuk percaya bahwa tidak ada lagi pesan singkat yang ku terima darimu, tidak ada lagi canda tawa yang kau hadirkan setiap menelponku.
Aku Ikhlas.
Percayalah....
Kata yang selalu ku ingat darimu......
"Senyum dong, hari ini Aku butuh Semangat tau!"
Kuharap kau tetap bisa melihat senyumku dari atas sana ^^
Entah kenapa setiap membagikan moment baik kesemua orang tentangmu aku selalu menitikkan air mata.
Ternyata begitu banyak yang kehilangan sosokmu. Ternyata bukan cuma aku yang merasa semangatmu berguna untuk orang-orang disekitarmu.
Sering sekali meminta untuk menghadirkanmu dimimpiku. Namum tak sekalipun kau hadir. Kurasa kau benar-benar sudah nyaman disana. Kurasa kau sudah menemukan teman baru disana. Dan kuharap kau juga bahagia disana.
Aku disini akan selalu mengingat dan merindukan(mu) . . . . .
Aku selalu merindukanmu dengan air bercucuran dipipiku.
Aku rindu dengan senyum yang selalu kau minta sebagai semangatmu.
Aku rindu dengan perasaan nyaman seperti pertama kita bertemu.
Aku merindukan(mu)
Aku sangat merindukan(mu)
Aku....
Rindu....
Aku terhar[
BalasHapusTerimakasih sudah membaca lalu meninggalkan haru di tulisan saya ^^
Hapus