Kamis, 04 Maret 2021

TAK SEARAH ~

                Terlalu pengecut jika harus kembali bercerita. Semua memang begitu berliku tapi tak tahu dimana kelokannya. Maaf...aku terlalu tidak bisa bercerita, ada perasaan takut tidak sesuai porsinya yang ku kecap. Sehingga melibatkanmu dan menyeretmu ke dasar yang paling membingungkan.
Aku terlalu naif untuk mengatakan bahwa aku sedang tidak baik-baik saja. Ada sejumput ragu-ragu dan ketakutan dari yang lalu yang masih saja bergelantungan. Aku menuntut terlalu banyak tanpa memberikan alur yang jelas. Aku masih selalu terbayang bahwa kelak kamu pun akan teramini sesuai pikiran liar. 
Aku hendak berbagi lukanya, tapi aku ragu kamu bisa paham sakitnya. Keberanianku hanya sampai diwacana saja tidak sampai keluar dalam perbincangan. Aku selalu berharap kamu jadi pemulihan, sangat berharap kadang.

Tapi bagaimana mungkin kamu bisa memulihkan jika lukanya saja tidak berani ku bagikan. Kau bukan cenayang, tentu hanya aku yang terlalu menuntut dengan tidak jelas. Aku tidak menyuruh pergi, tidak untuk sesenti pun.

Maaf jika kesannya seperti menyuruh pergi. Aku terlalu banyak menyusahkan dan kamu terlalu banyak mengusahakan. Maret memang selalu jadi bulan paling mengecewakan bagiku, padahal aku hadir diantara tanggal yang menaunginya. Sialnya aku selalu ingin berbagi tapi tersedak diketakutan.
Jangan bingung apalagi muak , kamu bebas menentukan. Aku tidak akan menyusahkan kamu (lagi).

Terimakasih ya...
Kamu terlalu banyak pusing dan mengalah, kamu terlalu banyak bertanya-tanya, kamu terlalu banyak meredam kesalmu. Sulit sekali bukan?
Kini mari sama-sama berdiri, entah akan searah atau berbeda.




Suatu hari nanti akan ada waktu dimana kamu akan merasa tidak perlu membalas pesanku dikala waktu senggangmu. Kamu terlalu muluk dengan basa-basi yang ku berikan setiap hari.
Kamu akan merasa muak dan terusik kala ku ceritakan semua keluh kesahku yang ku kira kamu tempatnya. Padahal aku hanya ingin berbagi, ku kira kamu tempatnya, ternyata lagi-lagi bukan.
Kamu akan sangat jenuh dan muak dengan cemburu terselubung ku ini. Mencemburui semua yang mendekatimu terutama teman perempuanmu.

Kamu akan merasa sangat jenuh takkala menghadapi sifat ku yang tak kunjung dewasa, terlalu kekanak-kanakan. Kamu juga akan merasa amat bosan melihat akau yang selalu mempermasalahkan hal-hal keccil yang seharusnya tidak perlu di bahas. Kamu akan merasa amat membenciku karena merasa aku terlalu posesif dan mencurigai segala hal yang ada padamu.


Saat ini aku hanya ingin membuatmu merasa dicintai tanpa merasa kurang, walau nyatanya kita bukan apa-apa. Aku hanya kurang paham bagaimana caranya untuk mengontrol perasaan, tak apa aku akan berhenti dari rutinitas yang menggangu nan memuakkan itu.
Jangan beranjak, biar aku yang mengambil langkah. Kadang kita perlu untuk sedikit menjauh kala dekat hanya melahirkan cemas dan resah.
Kamu disitu yaa...
Biar aku yang melangkah jauh dan mundur. Sepertinya perasaanku memang sedang butuh rehat dan sedikit disadarkan. Kamu juga tentunya sudah terlalu lelah dengan kepenatan selama ini, kamu perlu istirahat.


Semoga ada jalan untuk kita kembali baik, walau sudah tidak searah. 

PERAN ANAK PERTAMA PEREMPUAN

Terlahir sebagai wanita adalah anugrah.

Terlahir sebagai anak pertama adalah anugrah.

Tapi katanya anak perempuan dan anak pertama adalah perpaduan yang sangat tidak menyenangkan .

Ya..itulah aku sekarang

Aku dituttut untuk sempurna

Pundakku harus sekuat baja

Hatiku harus setegar karang

Padahal tak jarang hatiku sangat rapuh

sering sekali aku menangis diam-diam saat keadaan selalu mencoba memojokkan ku 

Apa mereka lupa kalau aku juga manusia,

bisa salah, bisa rapuh, dan bisa menangis

Tuhan....

Izinkan aku menjadi tameng yang baik bagi adik-adik ku 

Wudujkanlah harapan-harapan besar keluarga ku akan diriku

Aku percaya, Kau tidak akan memberi peran anak pertama padaku jika aku tidak mampu.




TAK SEARAH ~

                T erlalu pengecut jika harus kembali bercerita. Semua memang begitu berliku tapi tak tahu dimana kelokannya. Maaf...aku ter...