Jumat, 19 April 2019

HUJAN LALU RINDU

Hujan....
Aku suka hujan, aku suka aroma hujan, aku mencintai udara sehabis hujan dan
Aku....
merindukan embun dikala air meninggalkan hujan.
Rindu....
Aku merindukanmu, aku merindukan sosokmu, aku merindukan bicaramu dan
Aku....
merindukan tatapan mata dari seseorang yang sudah cukup lama menghilang.
Hujan...
lalu~
Rindu...
Aku ingin sekali memelukmu di tengah ribuan air yang turun dari langit.
Aku ingin memegang tanganmu diantara butiran gerimis.
Dan aku ingin hujan menyaksikan kita melunturkan kerinduan yang mendalam.
Seratus empat puluh lima hari tepatnya hari ini kita sudah tak lagi saling menyapa.
Terakhir bertemu kau mengatakan bahwa kau sedang mempersiapkan sesuatu yang akan membuat semua lebih baik untuk Kita.
Ada rasa bahagia saat itu saat dimana kau mengatakan untuk Kita, namun aku  sedikit merasa lelah dengan perasaan yang kurasa kurang jelas arahnya seperti saat ini.
Entah seperti apa yang sedang kau persiapkan, tapi aku harus merasa percayaku berkumpul untuk bicaramu yang terakhir kalinya.
Setelah satu tahun lebih kau menghilang dengan status hubungan kita yang masih menggantung seperti sebelumnya.
Dan disaat itu juga aku mencoba membuka hati untuk sosok lain yang akan menemani aku mengisi hari-hariku.
Aku tau saat itu aku sangat bersalah karna telah menghianatimu, aku tau aku salah karna telah membohongimu, dan
aku tau ....
Tapi aku merasa benar-benar membencimu saat itu. Aku rasa aku tak lagi mengagumi sosokmu yang mempunyai karisma tersendiri bagiku.
Bahkan disaat itu aku sudah menganggap kita hanya tak sengaja bertemu lalu berkata-kata sedikit sambil menikmati susu coklat diantara embun sehabis hujan.
Tapi percayalah bahwa ketika aku menjalani hariku dengan sosok lain yang bukan dirimu aku tetap menunggu agar kita bertemu walau tanpa sengaja.
Aku merindukanmu, sangat....
Namun kesadaranku akan kebohongan yang telah kulakukan kepadamu cukup menyiksa perasaanku.
Aku merasa tak ada yang bisa sepertimu.
Tak ada yang bisa menggantikan sosok seperti dirimu.
Aku putuskan untuk mengakhiri semuanya dengan sosok pengganti dirimu. Aku rasa semua perasaanku saat itu sudah menjadi followers sejatimu.




Masih dengan udara yang sama, aku membuat anganku sendiri dengan dirimu ditemani gerimis sore.
Aku berharap saat ini kau duduk disampingku dengan kepalaku diatas dada sebelah kirimu dan gemgaman tanganmu yang terasa begitu hangat mengikat jemariku didalamnya lalu kita menatap kearah jendela yang sudah dipenuhi embun sambil menghabiskan secangkir teh dikala hujan yang berubah menjadi gerimis.
Aku sangat berharap rinduku akan segera luntur dalam waktu dekat ini.
Aku sudah sangat lama mencintai jarak yang kurasa begitu jauh selama ini.
Aku rasa aku sudah terlalu lama nyaman dengan hubungan tanpa komunikasi seperti ini.
Dan aku sudah begitu lama tersesat di dalam hubungan yang kurasa tak ada arah hingga saat ini.
Hujan....
lalu~
Rindu....
Aku merindukan hujan saat mengingat dirimu.
Aku merindukanmu....
Hujan......

2 komentar:

TAK SEARAH ~

                T erlalu pengecut jika harus kembali bercerita. Semua memang begitu berliku tapi tak tahu dimana kelokannya. Maaf...aku ter...