Minggu, 04 Februari 2018

SUNDAY 02/04/18

Dear Hari ini,
Aku gak tau harus gimana caranya untuk gak peduli sama kamu.
Yang pasti aku gak bisa ngelakuin itu.
Tapi yang pasti hari ini kau membuatku membencimu.
Seperti tertusuk anak panah. Dadaku sesak sekali.
Lagi-lagi kau membohongiku.
Pertama, aku hanya memintamu menjemputku di tempat itu untuk melunturkan kerinduanku kepadamu karna aku tau kau sedang dirumah saat itu dan tidak akan bepergian kemana-mana lagi. Dan karena sebelumnya juga dihari yang berbeda kau hanya menyebutkan kegitanmu hari itu hanya bola.
Tempat yang tidak jauh dari kediamanmu.
Aku masih menunggu jawabanmu untuk menjemputku.
Tapi kau bilang kau kelelahan karena latihan bola sejak pagi tadi. Aku memaklumi itu.
Dan aku mengupayakan agar dapat benar-benar melunturkan perasaan rinduku.
Kedua, setelah aku tiba di kediamanmu.
Hanya bisu yang ku terima. Berkata-kata seperlunya. Dan monoton ke gambar untuk mencairkan suasana.
Ketiga, kau mulai mencairkan suasana dengan sikapmu yang mulai manis kepadaku. Aku menanggapinya. Dan aku sempat berharap ini akan menjadi awal yang baik untuk komunikasi kita yang beberapa hari ini tidak mengenakkan.
Keempat, ketika sikap manismu mulai habis, bisupun menghampiri ruanganmu.
Dan kita tak bertegur sapa lagi sesudah itu.
Kelima, tiba-tiba kau berpakain rapi lalu duduk manis di kanan pintu sambil memandangi cermin ditanganmu.
Jujur, aku bingung dengan itu~




Keenam, tidak sengaja aku menemukan potongan tiket nonton Bioskop dilantai kamarmu.
Judul yang tertera di film itu, DILAN 1990
(Jan 27)
Gak tau perasaan apa yang saat itu hinggap di dadaku. Yang pasti aku merasa sesak lagi.
Kita pernah berbicara dan pernah merencanakan sebelumnya akan  menikmati film itu bersama. Tapi kau mengingkarinya.
Dan tanpa penjelasan apa-apa yang kudapat darimu.
Aku membencimu!
Itu kata yang terlintas dibenakku saat itu.
Ketujuh, aku mulai memberanikan untuk menanyakan akan kemana kah kau serapi itu di jam segitu. Dan kau menjawab akan pergi ke acara orang yang kau anggap teman. Sesak sekali rasanya mendengar jawaban itu. Karena yang aku tau kau masih kelelahan dengan kegiatanmu pagi tadi. Tapi rela bepergian. Karena itu juga kaupun tak bisa untuk mengantarkan ku pulang kerumah. Dan aku masih memakluminya.
Percayalah!
Kedelapan, seolah-olah kehadiranku saat itu tak berarti sama sekali. Kau tak menginginkanku untuk berkunjung ke kediamanmu. Aku merasakan itu.
Dengan perasaan yang benar-benar sesak sekali melihat semua tingkah lakumu yang memuakakan, aku memesan driver untuk mengantarku pulang ke rumah.
Lagi-lagi aku pulang sendirian.
Dan tiba-tiba aku merindukan ucapanmu yang pernah mengkhwatirkan aku.
Kesembilan, maaf aku sengaja tak buru-buru memesan driver senja tadi. Aku memainkan layar ponselku.
Aku masih merindukanmu. Aku masih merindukan obrolan kita seperti waktu kemarin.
Aku merindukan setiap moment manis yang pernah kita ciptakan berdua diruangan itu.
Kesepuluh, driver tiba dan aku pulang.
Tanpa berjaba tangan kau mengantarku pulang dibalik pintu kamarmu dan aku sesak.
Ini benar-benar sesak sekali.
Kau membiarkan aku sendiri dan kau pergi.
Yang awalnya kau berasalan kau kelelahan.
Aku membencimu tapi aku merindukanmu!
Aku menangisi sikapku yang bodoh disepanjang jalan pulang. Aku menangis, aku sesak.
Aku memperjuangankan setiap rencana pertemuan kita. Bahkan hujan-hujanan pun aku rela. Dan perjuangan hari ini masih tidak dihargai. Padahal keadaanku sedang tidak fit beberapa minggu ini. Aku hampir saja masuk keruangan yang menurutku horor (UGD) .
Tapi aku selalu menunggumu untuk dapat manis lagi seperti dulu. Namun mustahil.
Dan aku memakluminya.
Percayalah!
Bahkan ketika aku tiba dirumah pun kau sama sekali tak menanyakan keadaanku,
apakah aku sudah tiba dirumahku atau belum. Kau mengabaikan itu. Dan aku menunggu pertanyaanmu itu.
Dan lagi aku merindukan setiap kata khawatirmu disaat itu.
Aku rindu ~
Sungguh!
Aku sempat berpikir, kenapa aku bisa mengenalmu diwaktu itu?
Karena pada akhirnya ada banyak kekesalan yang kau beri dan masih banyak kata yang tertahan yang belum bisa terucap kepadamu.
Dan aku menyadari bahwa aku semakin tidak dinggap ada olehmu.
Aku memilih mundur untuk pertemanan seperti ini.
Terimakasih sudah sempat hadir dan sempat membuat aku tertawa lepas disepanjang jalan waktu itu.
Aku akan merindukan semua moment yang pernah kau dan aku ukir bersama.
Tapi aku juga tidak akan lupa untuk menghapusnya dari ingatanku agar tak menjadi beban diantara kita.
I hope continue to be happy ^^
Minggu, 04 Feb 2018
20:00 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAK SEARAH ~

                T erlalu pengecut jika harus kembali bercerita. Semua memang begitu berliku tapi tak tahu dimana kelokannya. Maaf...aku ter...