Minggu, 04 Februari 2018

TAK SEMANIS YANG DIAWAL

Habis Manis sepah dibuang.
Itulah peribahasa yang pantas untuk mewakili perasaanku kepadamu saat ini.
Perasaan yang kurang lebih tujuh belas hari ini aku rasakan.
Aku merasa kau seperti kepompong yang bermetamorfosa menjadi kupu-kupu.
Yang manis diawal seperti tebu lalu pahit seperti ampas diakhirnya.
Yang mampu mangarang bebas dengan kata termanis tapi setelah itu bisu seperti sekarang ini, yang tak sepatah katapun kudengar lagi darimu.
Kau BERUBAH!
Ya,sangat BERUBAH!!
Entah apa penyebab ini semua, aku masih bertahan disini. Untuk mencari penyebab dan mencairkan suasana yang membuatmu mengebu-gebu seperti saat-saat ini.
Aku mencarimu yang kemarin, mencari sifatmu yang lalu.
Sifatmu yang manis, yang mampu mengundang semut untuk mendengarkan semua ceritamu.






Dari awal kita kenal yang aku tau kau baik. Itu saja.
Dihari berikutnya kau mulai bisa menerima sifat berisikku.
Dan disetiap waktu kau pasti selalu menyempatkan untuk mengirimkan pesan singkat yang berisikan
"I MISS YOU"
Awalnya aku risih dengan kata-kata itu setiap waktu. Namun aku juga mulai terbiasa dengan pipi merona setiap membacanya.
Bahkan setelah saat itu akulah yang pertama kali yang mengirimkan kata
"I MISS YOU" itu kepadamu.
Tapi aku memang merindukanmu. Itu bukan hanya kata manis yang aku dapat dari luar sana. Itu isi perasaanku saat itu.
Tak tau itu perasaan apa. Perasaaan darimana dan perasaan yang bagaimana.
Intinya aku senang bersama denganmu mengawali hari diseperempat fajar lalu menghabiskan hari disepertiga malam.
Aku senang mengahabiskan waktu diantara satu minggu bersamamu.
Aku harap kau akan seperti itu sampai kita menemukan seseorang yang tepat.
Tapi aku salah!
Aku salah sekali pernah berharap seperti itu kepadamu.
Karena akhir-akhir ini kau memang sudah BERUBAH!
Kau bukan lagi sosok laki-laki yang pernah rela menungguku berjam-jam lamanya untuk menghabiskan sisa sepertiga malam itu bersamaku.
Kau bukan lagi sosok yang selalu siap untuk menjemputku lalu pergi bersama ke suatu tempat dan tertawa lepas disepanjang jalan.
Dan kau bukan lagi sosok laki-laki yang sempat kuandalkan dalam hariku saat itu.
Kau BERUBAH!
Dan aku membenci itu.
Aku membenci sifatmu yang sekarang.
Aku membenci kepribadianmu sekarang.
Aku membenci perubahanmu sekarang.
Aku membenci bahasamu sekarang.
Dan aku sangat membenci apapun yang pada dirimu saat ini. Sungguh!!!
Aku MEMBENCIMU!!!!!!!!  ~
Bahasa dan kepribadianmu saat ini sangat memuakkan ku.
Ya,aku muak.
Muak sekali.
Kau bilang kalau aku terlalu menuntut kepadamu.
Kau bilang aku egois. Dan kau bilang aku terlalu mengatur keseharianmu.
Aku menangis.
Percayalah.
Saat membaca itu aku menangis. Bahkan saat ini, saat aku menulis kata itu akupun menangis. Aku membayangkan betapa bencinya dirimu kepadaku sehingga kata-kata yang tak seharusnya kau ucapkan kepadaku, aku tau saat itu, aku dengar saat itu.
Sedikit demi sedikit kau mulai menunjukkan sifat aslimu.
Dan sedikit demi sedikit pula aku mulai dapat menilai bahasa aslimu.
Dan aku anggap itu sifat dan bahasa terburukmu yang pernah aku tau, yang pernah aku dengar selama aku bersamamu.
Aku pikir aku hanya akan tau sifat dan kata burukmu itu pada saat itu saja.
Namun aku salah.
Semakin hari bahasamu semakin pedas seperti lada. Setiap kata yang aku lontarakan selalu salah dibenakmu.
Padahal maksudku hanya ingin melunturkan perasaan rindu kepadamu.
Tapi kau selalu mencampurkan amarahmu didalamnya. Dan kau juga mulai berbohong kepadaku.
Aku mengetahui itu. Aku mengetahui semuanya itu.
Kau membohongiku.
Kau berbohong.
Aku benci dibohongin.
Kau selalu mengelak.
Dan aku masih disini untukmu.
.....
Kadang kau membuatku takut.
Sungguh:(
Kau membuatku sangat ketakutan saat itu. Saat dimana kau melontarkan bahasa terburukmu.
Dan kau juga membuatku lelah dengan menangisi semuanya. Ya, aku juga menangis.
Aku menangis disetiap sepertiga malam agar tak ada orang yang mendengar bahwa aku berteriak dalam batin yang diselimuti kekesalan.
Aku menangisimu. Aku menangisi perubahanmu. Dan aku menangisi rinduku padamu yang tak kunjung luntur karena tidak adanya kepekaan yang kau punya.
Aku yakin kau pasti bertanya kenapa sifatku berubah?
Aku berubah karena perasaanku sudah tumbuh menjadi sayang kepadamu.
Aku menyanyangimu dengan perbedaan ini.
Sungguh!
Tapi aku berharap agar perasaan itu tetap disitu. Tidak beranjak naik.
Karena aku pun menghargai semua yang ada padamu. Semua perbadaan yang ada pada kita.
Ku harap kau tau apa sebenarnya yang menurutmu salah namun benar yang kulakukan padamu.
.....
Percayalah, aku sedang mengontrol rinduku padamu saat ini. Agar perbedaan itu indah pada waktunya (teman) ....
Tenanglah aku akan menetralkan perasaanku kepadamu agar perbedaan itu indah saat ini dan nanti (teman) ....
Percayalah . . . . . . .
(teman)  ^^
Please!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TAK SEARAH ~

                T erlalu pengecut jika harus kembali bercerita. Semua memang begitu berliku tapi tak tahu dimana kelokannya. Maaf...aku ter...