Kamis, 29 Agustus 2019

REST IN PEACE

       Terlintas sejenak bayangan dirimu, seperti angin yang ingin selalu menyapa musim dikala itu. Seperti itulah memori kepalaku yang tiba-tiba memutar kembali tentangmu.

Saat itu aku sedikit mengumpulkan keberanianku untuk membuka kembali gambarmu di social media. Akan tetapi jemariku terhenti sesaat mengingat kenangan singkat yang pernah kita ciptakan bersama. Dan tanpa sadar butiran air mengalir deras sekali di pipiku. Aku menangis. Ya aku menangisimu. Aku sangat merindukanmu :(
Sangat ........

Rasanya sesak sekali untuk mulai bernapas kembali setelah menangisimu sampai tersendu-sendu di sepertiga malam.
Kadang aku masih merasa hadirmu selalu ada memerhatikan ku dari jauh.
Jauh sekali... Bahkan karena jarak yang jauh itu aku tak mampu lagi memegang erat kemejamu dari belakang, diatas motor matic kesayanganmu.

Perasaan bersalah yang sampai sekarang menyelimuti hatiku belum hilang semenjak kepergianmu. Aku merasa bahwa aku adalah perempuan paling konyol yang kurang peka dengan keadaanmu.
Aku juga tidak pernah tahu bahwa kau ternyata terlalu pandai untuk menutupi setiap perasaanmu kepadaku.
Aku merindukanmu....
Kuharap kau juga sama.


Bandung adalah kota dimana kita dipertemukan. Dan Gereja di tengah kota itu adalah rumah yang memperdekat kita.
Aku merasa pandanganmu saat itu sangat membuat aku risih dengan keadaanku yang baru pertama kali menginjakkan kaki di kota itu.

Masih terlukis indah dibenak ku udara sore dikala itu dimana kita akan menikmati kota Bandung bersama-sama dengan sosok yang kau anggap akrab dan yang ku anggap baik.

Kau melajukan motor dengan kecepatan sedang, agar waktu bisa lebih lama dipihakmu untuk bersamaku disaat itu.
Tapi tiba-tiba saja kau melajukan motormu dengan cepat sekali. Aku sempat terkejut saat itu. Aku kesal.
Dan setelah cukup jauh kau melajukan motormu dengan kecepatan cepat, aku baru menyadari ternyata ada sekumpulan air yang mulai jatuh dari langit yang kau tak ingin mereka membasahiku. Aku bahagia. Lalu aku tersenyum, sambil mengeratkan tanganku memegang ujung kemejamu. Aku tersenyum tersipu malu ditengah hujan dikala itu.
Aku tersipu ........

Rasanya aku ingin sekali berteriak diatas bukit yang dipenuhi cahaya sebahu dan diantara embun sehabis hujan. Berteriak bahwa aku sangat bahagia malam itu.
Dikelilingi udara dingin lalu disuguhkan dengan tawa lepas dari kita. Aku sangat bahagia. Percayalah.....
Kau telah menciptakan tawa yang luar biasa padaku saat itu.

Setelah beberapa hari aku meninggalkan kota Bandung ada rasa ketidak relaan yang mendalam yang kurasa. Aku rasa bahagiaku masih tertinggal disana. Aku merindukan bahagiaku saat itu. Tapi rinduku sedikit terobati ketika kau mengirim pesan singkat setiap harinya kepadaku. Menelpon ku ketika senggang menghampirimu, mengirim gambar lucu ketika jenuh memenuhi harimu dan hariku.

Melewati hari tanpa kabarmu rasanya aneh sekali saat itu.

Sampai pada suatu saat kau mengungkapkan perasaanmu yang sudah menggebu-gebu kepadaku.
Tapi maaf......
Aku terlalu egois, sehingga aku tak mampu membalas semua perasaanmu terhadapku. Aku terlalu jahat saat itu.
Tapi percayalah aku melakukan itu karna aku tak ingin kedepannya kau membenciku karna sudah tidak ada lagi kecocokan diantara kita. Aku mau hubungan itu tetap seperti itu sampai kita menemukan orang yang tepat untuk kita. Aku mau kita tetap saling bahagia walaupun hubungan ini hanya sebatas pertemanan. Maaf aku egois ..........

Aku tau kau adalah sosok laki-laki yang luar biasa. Bahkan ketika aku menolak perasaanmu, kau masih mampu mengukir setiap senyum dan tawa di hariku. Kau luar biasa.
Sungguh.....
Dan aku....
Semakin mengagumi (mu) .....


Kau mulai menghilang disetiap waktu yang kita punya. Aku sedikit merasa bersalah. Aku mencemaskanmu. Kau dimana(?)
Beberapa hari tak mendapat kabar darimu rasanya bahagiaku mulai pudar.
Semangatku mulai luntur.....
Aku merindukan (mu) ......
Lagi-lagi aku mencarimu dan tetap menunggumu.
Kau dimana(?)

Ponselku berdering dikala lelah mulai menghapiriku karna hari itu.
Sadarku sedang tak pada waktunya.
Ya..aku baru saja terbangun dari tidurku ketika mendengar ponselku berdering berulang kali. Aku mengangkatnya lalu mulai berkata-kata.
Namun apa yang kudengar semakin tak membangkitkan semangatku. Aku tersentak. Aku terkejut sekali. Dan tanpa kusadari air mataku tiba-tiba mengalir sangat derasa. Bahkan aku tak mampu berkata-kata. Aku rapuh sekali. Pikiranku sangat kacau. Aku tak percaya dengan kabar itu. Aku berteriak di dalam batinku yang sudah lama menanti kabarmu.
Tapi bukan kabar duka itu yang kuinginkan darimu setelah sekian lama kau menghilang.
Aku menangis disepanjang sisa hari itu.
Aku menangisimu. Aku menangisi kepergianmu yang tanpa kata-kata terakhir kepadaku. Aku merindukanmu.
Sangat merindukanmu.....
Bahkan saat aku menceritakan kembali cerita kita ini, itu karna aku benar-benar sedang merindukanmu. Aku sedang menangisimu. Aku sedang mengingat semua kenangan kita ketika itu.
Aku rindu......



Kenapa harus sekarang aku sadar bahwa aku adalah perempuan bodoh yang tidak pernah sadar dengan semua ketulusanmu , kenapa kau menyiksaku dengan semua perasaan bersalah ini. Kau jahat, kau sungguh jahat. Aku membencimu... Tapi aku juga merindukanmu.
Aku rindu ......

Kenapa harus sekarang aku tau bahwa kau selama ini berjuang sendirian melewati semuanya. Kau pasti kesakitan kan(?) kau pasti kesepian kan(?) Kau bodoh. Kenapa harus disaat kau sudah pergi semua terasa semakin membuatku terpuruk. Kenapa semesta saat itu tak berpihak kepadaku. Dan kenapa mereka tak memberitahuku bahwa kau sedang berjuang untuk tetap bertahan hidup.

Kenapa(?) . . . . .

Kenapa(?) . . . . .


Cukup lama untuk bisa menerima kepergianmu selamanya. Ku kuatkan hatiku untuk mengikhlaskanmu walaupun awalnya sangat sakit, dan sulit untuk percaya bahwa kau benar-benar sudah tidak ada lagi.
Sulit untuk percaya bahwa tidak ada lagi pesan singkat yang ku terima darimu, tidak ada lagi canda tawa yang kau hadirkan setiap menelponku.
Aku Ikhlas.

Percayalah....


Kata yang selalu ku ingat darimu......
"Senyum dong, hari ini Aku butuh Semangat tau!"

Kuharap kau tetap bisa melihat senyumku dari atas sana ^^
Entah kenapa setiap membagikan moment baik kesemua orang tentangmu aku selalu menitikkan air mata.
Ternyata begitu banyak yang kehilangan sosokmu. Ternyata bukan cuma aku yang merasa semangatmu berguna untuk orang-orang disekitarmu.

Sering sekali meminta untuk menghadirkanmu dimimpiku. Namum tak sekalipun kau hadir. Kurasa kau benar-benar sudah nyaman disana. Kurasa kau sudah menemukan teman baru disana. Dan kuharap kau juga bahagia disana.
Aku disini akan selalu mengingat dan merindukan(mu) . . . . .

Aku selalu merindukanmu dengan air bercucuran dipipiku.
Aku rindu dengan senyum yang selalu kau minta sebagai semangatmu.
Aku rindu dengan perasaan nyaman seperti pertama kita bertemu.
Aku merindukan(mu)
Aku sangat merindukan(mu)


Aku....

Rindu....

Senin, 12 Agustus 2019

KREDIBILITAS KEROHANIAN !

      
       Gue gak tau harus memulai kata-kata gue dari mana dulu, yang jelas perasaan gue itu sekarang  lagi hiatus kayak para penulis komik favorite gue. Dan ternyata gue bisa juga ya ketempelan hiatusnya para penulis favorite gue sendiri. Hahahahaaa......
So....lu pasti bertanya-tanya apa hubungan hiatusnya para penulis komik favorite gue dengan blog gue kali ini. Dan apa hubungannya ketempelan hiatus yang gue rasain dengan blog gue kali ini. Gue sendiri sebenarnya bingung mau membuat kata demi kata itu bisa terhubung bagaimana jalannya, susah diukir kayak isi novelnya Tereliye. 


Ok..tanpa basa-basi walaupun dari awal sudah basi duluan, gue sebenarnya mau nulis tentang rohaninya orang-orang beragama yang ada di Indonesia.

Sebelumnya gue mau tanya secara random dulu nih buat kalian-kalian yang lagi baca blog gue. Kalian lebih takut mana sih, sama orang yang dari ujung rambut sampai ujung kaki ketutup dan kalo ngomong selalu bawa-bawa nama Tuhan tapi kita gak tau apa saja yang dia lakuin diluar sepengetahuan kita atau sama orang yang cuek sama penampilannya kalau ngomong ngasal tapi kita tau semua apapun yang dia lakukan setiap harinya?
Ok! Tiga dari sepuluh orang lebih memilih takut sama orang yang cuek sama penampilannya kalau ngomong ngasal walaupun kita tau semua keseharian dia. Kenapa memilih itu?
Jawaban umum yang paling simple yang saya dapat dari orang-orang adalah orang itu saja kalau ngomong ngasal, tidak pernah berpikir panjang, pasti tidak ada hal positif yang akan didapat dari perkataan asal-asalan. Berpakaian cuek walaupun pakaian yang dikenakan sangat tidak pantas tetapi dia sangat percaya diri mengenakannya.
Ohnoo....

Gue mau kasih tau sama kalian semua yang lagi baca blog gue, tidak semua orang bisa kalian nilai dari penampilan atau kerohaniannya.

Sebenarnya kalian itu harusnya lebih takut sama orang-orang yang berpenampilan lebih rohani dan kalau ngomong selalu bawa-bawa nama Tuhan.
Kenapa?
Ya..karena kridebilitas dan intregritasnya gak cukup kuat sehingga dia merasa perlu untuk selalu bawa-bawa nama Tuhan agar omongannya bisa lebih dipercaya sama orang lain yang mendengarnya.










Kalau kelakuan aslinya buruk, kotor, dan bau tapi sering kali dia tidak mau terlihat buruk terutama dimata orang yang baru dikenalnya. Kita lebih pengen dikenal sebagai orang baik dan yang berkelakuan bersihkan?

Tapi gak semua dari kita cukup rajin menjaga kelakuan kita untuk tetap baik dan bersih setiap saat. Kalau kita kelakuan aslinya buruk tapi mau keliatan baik, gimana orangnya?

Bungkus diri kita dengan sesuatu yang terlihat baik, semakin buruk kelakuan kita maka kita butuh bungkusan yang semakin baik juga.

Dan kalian tau bungkusan yang baik itu apa?
Agama....
Kalau kita pakai bungkusan agama, orang akan ragu bahkan takut untuk menilai kita dekat dengan dosa.
Kalau memang kelakuan kita bersih kita gak perlu apa-apa untuk meutupi kelakuan kita.



"If they can cheat covering the stinky odours with nylon mesh, guess they can also cheat on gold medals."

(Jika mereka menipu dengan menutupi jaring bau dengan nilon mesh, tebak! mereka juga bisa menipu medali emas).



Menutupi yang jelek biar keliatan baik padahal tidak benar-benar baik, itu sama dengan curang!

Kalau hal kecil seperti itu saja berbuat curang, bagaimana dengan hal-hal selanjutnya?


















TAK SEARAH ~

                T erlalu pengecut jika harus kembali bercerita. Semua memang begitu berliku tapi tak tahu dimana kelokannya. Maaf...aku ter...